
Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Gita
Wirjawan mengaku impor BBM 2012 memicu
defisit neraca perdagangan migas US$ 4,8 miliar.
Hal tersebut bisa saja terjadi di 2013 kalau harga
minyak dunia dan konsumsi BBM terus merangkak
naik di 2013.
Gita sangat setuju terhadap rencana kenaikan
harga BBM subsidi seperti premium CS karena bisa
mengerem laju defisit bahkan berubah menjadi
surplus neraca perdangan migas.
"Kalau harga dinaikkan (BBM), itu sangat
menolong meningkatkan surplus neraca
perdagangan," tutur Gita di JW Mariot Jakarta
Selatan, Jumat (11/1/2013).
Defisit neraca perdangan sektor migas bertolak
belakang dengan neraca perdagangan non migas
yang surplus US$ 3,5 miliar. "Tahun lalu
membawakan defisit (migas) US$ 4,8 miliar. Yang
semestinya nggak pernah kejadian karena
konsumsi dan harga di awal tahun yang cukup
tinggi," tambahnya.
Kenaikan Harga BBM Subsidi, PR Penting yang
Belum Selesai
Wakil Menteri ESDM Rudi Rubiandini ditunjuk
Presiden SBY menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus
Migas (SKK Migas). Dia mengaku meninggalkan
banyak PR yang belum selesai.
"Masih banyak yang belum selesai dari saya jadi
Wamen, PR-nya konversi BBM ke BBG belum
selesai, alokasi gas belum selesai, harga gas
belum selesai, kilang belum selesai. Kemudian
input unsur pipa belum selesai, renegosiasi belum
selesai, renegosiasi harga (gas) ke Fujian belum
selesai," kata Rudi kepada wartawan di Kantor
Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/1/2013).
Menurutnya, PR yang belum selesai dan yang
paling penting adalah kenaikan harga BBM subsidi
untuk menekan jumlah subsidi BBM yang nilainya
mencapai ratusan triliun. "Lalu yang paling penting
harga BBM belum naik," kata Rudi.
Namun dengan pengangkatan dirinya menjadi
Kepala SKK Migas, Rudi melepas semua pekerjaan
rumah yang belum selesai tersebut dilepasnya
dengan tenang.
"Itu tugas saya semua itu yang ada di meja saya
banyak, dan saya lepas dengan tenang," cetusnya.
Rudi rencananya bakal dilantik oleh Presiden SBY
menjadi Kepala SKK Migas pada hari Selasa 15
Januari 2013.
Sebelumnya Rudi mengatakan, kenaikan harga
BBM subsidi bisa dilakukan hingga mencapai Rp
6.500/liter. Ini harus dilakukan agar kuota BBM
subsidi tahun ini sebesar 46 juta kiloliter (KL) tidak
membengkak tinggi. Dari kajian Rudi, apabila
harga BBM subsidi naik menjadi Rp 6.000/liter,
maka kuota konsumsi tahun ini bisa mencapai
48,67 juta KL atau sudah melewati kuota yang
ditetapkan.
Namun apabila tidak ada kenaikan harga sama
sekali, maka kuota BBM subsidi tahun ini bisa
mencapai 50 juta KL.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo sebelumnya
juga mengatakan tidak mau begitu saja mengambil
keputusan kenaikan harga BBM subsidi. Agus
Marto ingin ada tindakan dari Kementerian ESDM
untuk menahan dan mengendalikan konsumsi BBM
subsidi agar tidak melonjak dan menyedot
anggaran negara.
"Sektor yang harus menjaga itu adalah ESDM
bersama dengan jajarannya. Kalau seandainya
aspek yang lain secara umum terkendali dan baik,
tapi untuk BBM bersubsidi itu jadi perhatian," tegas
Agus Marto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar