
VIVAnews – Tiga hari sebelum peringatan
hari kemerdekaan RI, 14 Agustus 2013, enam
siswi SMA di Kota Prabumulih, Sumatera
Selatan, berhasil lolos dari perdagangan
manusia. Mereka semula hendak dijual
kepada pria hidung belang seharga Rp1 juta
per orang. Syukurlah transaksi itu berhasil
digagalkan Kepolisian berkat informasi
warga.
Namun masalah kemudian timbul karena
salah seorang siswi yang berhasil
diselamatkan dari perdagangan manusia itu
mengaku sudah tidak perawan. Polisi
mengatakan perempuan itu sesungguhnya
bukan pelajar, namun mengaku sebagai siswi
SMA. Apapun, pihak berwenang tak bisa tahu
apakah perempuan itu memang benar tidak
perawan lagi, atau ia sekedar membual.
Selanjutnya, orangtua dari salah satu siswi
tersebut khawatir anaknya juga tidak
perawan lagi. Dari sinilah muncul ide tes
keperawanan untuk menghindari fitnah.
“Jadi tes sesungguhnya tidak diusulkan
diterapkan untuk semua siswi, tapi terhadap
salah satu siswi SMA yang terjaring kasus
perdagangan manusia itu,” kata Kepala Dinas
Pendidikan Prabumulih, HM Rasyid, Rabu 21
Agustus 2013.
“Jadi Disdik Prabumulih sebenarnya tidak
pernah mewacanakan tes keperawanan bagi
seluruh siswi atau calon siswi di Kota
Prabumulih, apalagi mengajukan anggaran
APBD 2014 untuk tes keperawanan tersebut,”
ujar Rasyid.
Selain itu menurut Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Sumatera Selatan, Widodo, Dinas
Pendidikan Prabumulih prihatin karena
adanya sejumlah kasus mesum yang
melibatkan pelajar. Perbuatan mesum itu,
kata guru Bimbingan Konseling SMA Negeri 3
Prabumulih Deny Trisna, kerap dilakukan di
Lapangan Olahraga Prabujaya.
Batal
Wacana tes keperawanan ini pun akhirnya
batal direalisasikan. “Banyak segi yang
dipertimbangkan, seperti pengaruhnya
terhadap psikologi anak karena ini faktor
pribadi dan manusia. Jadi tes keperawanan
terhadap siswi tidak akan pernah terjadi,”
ujar Rasyid.
Apapun, Rasyid sempat berpendapat tes
keperawanan bisa menekan angka perilaku
asusila di kalangan pelajar kotanya. “Ada
efek positif bagi siswi karena mereka akan
takut melakukan hal-hal negatif. Ini untuk
kebaikan siswi itu sendiri,” kata dia.
Tapi DPRD Kota Prabumulih, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, serta Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Kota Prabumulih,
kompak mengecam wacana tes keperawanan
itu.
“Untuk apa sih melakukan tes virginitas?
Kalau sudah tidak perawan lagi, terus mau
diapakan? Apa dia tidak boleh sekolah? Kalau
tujuannya untuk perbaikan supaya anak-
anak terhindar dari hal negatif, ada cara-cara
lain yang lebih baik,” kata Mendikbud M Nuh.
MUI Prabumulih tak kurang pedasnya
mengkritik wacana tes keperawanan. “Ini
berdampak kurang baik terhadap
masyarakat. Agama Islam juga
mengharamkan untuk melihat kemaluan
seseorang,” ujar Ketua MUI Prabumulih, Ali
Usman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar