Ditemui wartawan di Gedung DPR, Jumat 8 November 2013, Mahfudz mengatakan, Pemerintah RI seharusnya menggunakan Badan Intelijen Negara (BIN) untuk menjalankan kontraintelijen dan mencari tahu, data apa yang disadap Australia dan Amerika Serikat. Karena, "Ketika Menlu Marty memanggil Australia, ya mereka menjawab normatif," katanya.
Lebih lanjut dia menegaskan, isu sadap-menyadap ini sangat krusial, apalagi jika target penyadapan sampai ke warga sipil. "Dari urusan sumur, kasur, dapur masuk semua. Siapa yang bisa memberi garansi informasi itu tidak disalahgunakan?" tegas politisi Partai Keadilan Sejahtera ini.
Namun, menurutnya, ada kendala teknologi untuk melakukan operasi kontraintelijen. Teknologi intelijen Indonesia, jelas Mahfudz, banyak berkiblat ke Eropa. Sementara negara sekaliber Jerman saja--tepatnya Kanselir Angela Merkel-- tak sadar disadap Amerika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar