
Beberapa kasus pembaharuan motor oleh
pabrikan malah bikin blunder dengan
ngemposnya tenaga (disamping modelnya yang
ga sesuai selera pasar) , makin merana karena
motor itu basisnya adalah motor lama yang
hanya ganti kosmetik saja. Bukan hanya itu
motor gen baru malah lebih berat. SF ambil
contoh dari 2 pabrikan besar yakni Honda dan
Yamaha. Yamaha punya scorpio yang awalnya
digadang-gadang menggantikan nama besar RX
-King, lambat laun model yang awalnya segaris
dengan si Cobra bertransformasi jadi motor
turing, tenaganya malah disunat dari. Yang
awalnya 19ps jadi 18.2ps! Soal berat susah cari
data sebanding nemunya diinternet scorpio
lawas berat kosong 125 kg dan Scorpio baru
berat isi 141kg. Penjualannya merana tetap ga
bisa menyaingi tiger (yang sebenernya juga
mulai ditinggalkan). Contoh kedua Honda punya
tiger, generasi awal 1994 hingga sekarang hanya
ganti kosmetik doank ,power turun dari 17.4 ps
jadi 16.7 ps berat malah naik dari 125 kg jadi
138kg. Dari beberapa literatur yang SF dapat
penurunan tenaga ini untuk mengejar efisiensi
(misal perubahan ukuran spuyer yang lebih
kecil) serta alat penekan polusi (catalyc
converter). Harusnya update motor bikin motor
makin mempunyai value lebih bukan malah bikin
drop performa. Masak yang dipikirkan dari segi
kosmetik doang!
Untuk bebek dan light sport dah betul tuh
langkahnya, dari karbu naik jadi injeksi, dari
injeksi di atur ulang hingga tenaga naik…. model
direfresh, performa juga meningkat.. cocok kan?
masak untuk sport 200cc keatas tenaga malah
disunat, padahal di segmen sport yang sempit
ini besar juga power mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli. Jika mesin sudah
dianggap ketinggalan lagi ga bisa upgrade lagi
yo wiss ditinggalkan saja, ganti total sama yang
baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar